Di balik hingar bingar perayaan kemenangan seorang caleg, terselip pertanyaan besar tentang loyalitas tim suksesnya. Seberapa tulus mereka bekerja demi visi dan misi sang caleg, ataukah semata-mata tergiur oleh iming-iming politik uang?
Tim sukses, garda terdepan dalam kampanye, tak jarang menjadi tangan kanan dalam praktek haram ini. Mereka rela mencoreng integritas demi keuntungan pribadi, menggadaikan loyalitas demi rupiah sesaat.
Ketika politik uang menjadi fondasi kemenangan, loyalitas tim sukses pun patut dipertanyakan. Apakah mereka benar-benar loyal kepada sang caleg, ataukah hanya loyal pada uang yang dibagikan?
Bisakah kita mengharapkan mereka untuk bekerja dengan penuh dedikasi dan integritas, ketika pondasi awal terbangun di atas praktek curang?
Baca pula Politik Uang: Ketika Rakyat Menjadi Dalang
Loyalitas yang lahir dari politik uang bagaikan istana pasir, indah di permukaan, namun rapuh di dalam. Sekali badai menerjang, istana itu akan runtuh, meninggalkan puing-puing kekecewaan dan keputusasaan.
Loyalitas yang dibangun di atas politik uang cenderung bersifat transaksional. Tim sukses atau pendukung caleg mungkin tidak benar-benar memiliki keyakinan atau kesetiaan yang kuat terhadap calon tersebut. Mereka mungkin hanya terikat oleh imbalan finansial atau keuntungan lainnya yang mereka terima. Ketika politik uang tidak lagi mengalir, atau jika ada penawaran yang lebih menguntungkan dari pihak lain, loyalitas mereka dapat terkikis dengan cepat. Ini membuat fondasi loyalitas tersebut rapuh karena tidak didasarkan pada hubungan yang kuat atau prinsip yang kokoh.
Loyalitas yang dibangun atas dasar politik uang juga cenderung memperkuat ketergantungan finansial tim sukses terhadap caleg. Mereka mungkin terbiasa dengan gaya hidup yang didukung oleh dana politik uang, dan ketika aliran dana tersebut terhenti atau berkurang, mereka mungkin merasa terancam secara finansial. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam tim sukses, di mana anggota tim mungkin mencari sumber pendapatan alternatif atau mengalihkan loyalitas mereka ke pihak lain yang menawarkan imbalan lebih besar.
Baca pula Ketika Cemburu Berbalut Ghibah: Menelusuri Fenomena Ghibah di Perkampungan
Selain itu, loyalitas yang dibangun di atas politik uang tidak didasarkan pada fondasi yang kuat, tim sukses cenderung tidak memiliki ketahanan yang cukup untuk menghadapi tantangan atau perubahan dalam proses politik. Ketika badai politik muncul, seperti skandal atau pergeseran kebijakan, loyalitas semacam itu mudah runtuh karena kurangnya komitmen yang tahan uji. Hal ini dapat meninggalkan puing-puing kekecewaan dan keputusasaan di antara anggota tim sukses dan pendukung, yang mungkin merasa terkhianati atau kehilangan arah tanpa imbalan finansial yang dijanjikan.
Penulis: Imam Alfafan Yakub