Bahagia Itu adalah Berbagi

Semua manusia ingin bahagia dalam hidupnya dan itu adalah tujuan hidup sesungguhnya. Menjadi kaya ataupun sukses di dunia tidaklah menjamin seseorang untuk bahagia. Banyak orang bergelimang harta, namun pedih hati selalu dirasa dan mata sembab pun selalu hadir ditiap malamnya. Jadi bagaimana kita bisa selalu bahagia tanpa batas dan tanpa jeda? Banyak filosof memberi petuah ataupun kata bijak tentang sebuah jalan menuju bahagia, namun sering kali manusia kecewa karena bahagia yang didapat hanyalah sementara.

Islam hadir sebagai jalan kebahagiaan untuk seluruh manusia dan alam raya. Islam hadir sebagai cahaya di tiap diri manusia, meskipun cahaya Islam tidak selalu diterima dan dirasa oleh setiap insan bahkan pada jiwa seorang muslimpun apabila muslim tersebut tidak menyiapkan wadah hatinya untuk cahaya tersebut. Pada zaman yang semakin akhir ini, banyak manusia yang menutup wadah cahaya dalam kalbunya. Indahnya dunia semakin menipu daya setiap jiwa dengan semakin kuatnya. Kepedulian juga hampir semakin sirna, yang ada hanyalah kepedulian semu yang hadir karena sebuah tujuan kerdil yakni sebuah pujian. Manusia berlomba-lomba merusak wadah cahayanya dengan berbagi kehebatan diri di semua media sosial. Kesombongan yang harusnya dihindari bahkan dimusnahkan malah dipelihara dan tumbuh subur menggerogoti wadah cahaya.

Dunia saat ini banyak dilanda bencana alam, dan hiruk-pikuk penyelamatan diri dan bantuan dari segala pihak berdatangan di tiap-tiap bencana. Namun apakah ada yang mengajak untuk berbondong-bondong berdoa bersama, bertaubat bersama, bersujud bersama, karena hakikatnya setiap bencana adalah kasih sayang Allah kepada manusia agar manusia yang lupa segera kembali ingat pada tujuan hidupnya.  Manusia yang kokoh imannya akan semakin sadar akan kebesaran dan keagungan Tuhannya. Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan sedikit manusia yang bisa merasakan dan mengisyafinya. Mungkin ada yang melakukan doa bersama di setiap sudut Indonesia, namun seharusnya ada doa bersama secara nasional untuk menjadikan setiap upaya bantuan menjadi lebih mudah serta memohon Indonesia senantiasa aman dan tentram.

Penyuci jiwa adalah berbagi, berbagi dengan niat hanya berharap keridhoan-Nya. Sedekah adalah pembersih kerak-kerak hati dari segala penyakitnya. Sedangkan zakat merupakan perintah Sang Maha Kasih agar kita selalu mengasihi setiap ciptaan-Nya. Bencana alam yang terjadi adalah sebuah alat Sang Maha Kasih untuk menjadikan manusia rukun kembali, saling mengasihi, dan stimulus ketulusan hati setiap insan agar muncul dan akhirnya kemanusiaan manusia yang seringkali tergerus zaman dapat kembali lagi.

Islam adalah agama berbagi, Islam adalah kasih sayang untuk seluruh semesta. Karena itu, jika dihati kita masih ada kepelitan dalam berbagi, maka sesungguhnya hati kita tengah rusak dan harus direcovery lagi. Tiada jalan lain memperbaiki hati kecuali dengan berbagi. Berbagi tidak hanya berbagi harta atau materi. Senyum adalah hal paling sederhana untuk berbagi. Karena pada dasarnya berbagi adalah membahagiakan orang lain. Membahagiakan orang bisa dengan cara yang sederhana namun bermakna. Senyuman,  tebarkan salam dan doa adalah wujud sederhana dari berbagi.  

Dan sekali lagi dengan berbagi, termasuk doa adalah cara membahagiakan orang lain tanpa melihat siapapun mereka. Hidup di Indonesia dengan segala kemajemukannya, tidak membuat kita tersekat untuk berbagi pada siapapun. Manusia Indonesia harus memiliki kepedulian kepada siapapun sebagai wujud sebuah persaudaraan sebangsa serta makna kasih sayang Islam untuk semua manusia dan semua makhluk Tuhan.

Agama adalah akhlaq. Akhlaq kepada sang Pencipta, akhlaq kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada semua makhluk Allah Swt. Akhlaq merupakan cerminan iman, karena iman itu adalah aqidah yang kokoh, ibadah yang tinggi serta akhlaq yang baik. Berbagi adalah bagian dari akhlaq. Seorang mukmin akan memiliki kualitas akhlaq yang tinggi jika memiliki aqidah yang kokoh dan amalan ibadah yang kuat. Namun, jika ada seorang mengaku beriman tapi sulit berbagi, maka dia belum sempurna imannya dan masih belum kokoh aqidahnya. Salah satu asma Allah adalah Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih, dan selalu diikuti dengan Asma Allah, Ar-Rahiim, yang berarti Yang Maha Penyayang. Jadi berbagi pun manusia harus selalu diikuti dengan penuh sayang, penuh cinta sehingga yang hadir adalah ketulusan hanya mengharapkan Rahman dan Rahiim Sang Maha Cinta.

Sungguh Allah menilai esensi dari setiap amalan ibadah, begitupula pada ibadah berbagi. Besar kecilnya pahala dan ditolak atau diterimanya sebuah amalan, tergantung dari niat dan substansi setiap amalan. Karena itu, berhati-hati dalam setiap gerak dan nafas kita ialah sebuah keniscayaan. Jangan sampai sedekah atau berbagi yang seharusnya menjadi pembersih amalan-amalan kita malah menjadi penambah kekotoran diri kita. Sekali lagi bahwa ketulusan merupakan alat ukur Allah melihat setiap keperbagian kita. Hanya Allah semata yang bisa melihat kesucian setiap hati dan amalan manusia. Wallahu’alam bi showab.

Penulis : Sita Acetylena