Di tengah gemerlap modernitas dan kemajuan teknologi yang pesat, kita dihadapkan pada sebuah paradoks yang memprihatinkan. Seperti sebuah lukisan indah yang perlahan luntur warnanya, demikianlah gambaran krisis adab yang kini menggerogoti generasi muda Indonesia. Fenomena ini bukan sekadar masalah sederhana, melainkan cerminan dari pergeseran nilai fundamental dalam masyarakat kita.
Ketika kita berbicara tentang krisis adab, kita tidak hanya membahas tentang hilangnya sopan santun semata. Ini adalah masalah yang jauh lebih dalam, menyentuh akar-akar nilai kemanusiaan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Budaya 3S (Salam, Senyum, Sapa) yang dulunya menjadi ciri khas keramahan Indonesia, kini seolah menjadi barang antik yang terlupakan.
Lebih memprihatinkan lagi, kita menyaksikan fenomena kekerasan verbal dan fisik yang semakin merajalela di kalangan pelajar. Guru, yang seharusnya dihormati sebagai sosok pembentuk karakter, justru menjadi sasaran kekerasan. Beberapa kasus menunjukkan bagaimana murid tanpa ragu melakukan pengeroyokan terhadap guru mereka sendiri, sebuah tindakan yang dulunya tak terbayangkan dalam kultur pendidikan Indonesia.
Baca pula Hedonisme: Potret Mahasiswi Pencari Citra dan Haus Validasi
Hilangnya “empat kalimat ajaib” – minta tolong, minta izin, minta maaf, dan terima kasih – dari vocabulary keseharian anak muda bukanlah hal sepele. Ini menandakan tergerusnya nilai-nilai dasar kesopanan yang seharusnya menjadi pondasi dalam berinteraksi sosial. Kalimat-kalimat sederhana ini sesungguhnya adalah cerminan dari penghargaan terhadap martabat manusia.
Fenomena yang lebih mengkhawatirkan adalah munculnya sikap congkak dari generasi yang lebih muda terhadap yang lebih tua. Hierarki sosial yang dulunya dijunjung tinggi sebagai bentuk penghormatan, kini seolah kehilangan maknanya. Di sisi lain, generasi yang lebih tua pun tidak selalu memberikan teladan yang baik, menciptakan lingkaran setan dalam degradasi moral.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa krisis adab ini bukan hanya masalah individual, melainkan manifestasi dari perubahan struktural dalam masyarakat. Seperti yang diungkapkan dalam studi Hermawati (2022), budaya keramahan dan sopan santun di Indonesia mengalami kemerosotan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Yang memprihatinkan, krisis ini tidak hanya terjadi dalam konteks hubungan antargenerasi, tetapi juga dalam interaksi sesama anak muda. Kasus-kasus pengeroyokan antarteman sebaya menunjukkan bagaimana nilai-nilai kemanusiaan dasar telah terkikis, digantikan oleh kultur kekerasan yang mengkhawatirkan.
Menurut Ferihana & Rahmatullah (2023), hilangnya rasa saling menghormati dan toleransi menjadi indikator utama dari krisis ini. Adab, yang seharusnya menjadi pengetahuan fundamental tentang cara bersikap dan berperilaku, kini seolah menjadi konsep asing bagi banyak anak muda.
Dalam konteks pendidikan, situasi ini menciptakan dilema tersendiri. Guru-guru yang seharusnya fokus pada transfer ilmu pengetahuan, kini harus berjuang keras untuk menanamkan nilai-nilai dasar yang seharusnya sudah tertanam dari lingkungan keluarga.
Misniaty (2020) menegaskan bahwa adab seharusnya menjadi pelindung diri dari perilaku yang tidak tepat. Namun realitanya, banyak anak muda justru kehilangan “perisai moral” ini, membuat mereka rentan terhadap pengaruh negatif dari berbagai sumber.
Krisis adab ini juga tercermin dalam perilaku sehari-hari seperti merokok di usia dini, budaya mencontek yang semakin mengakar, dan fenomena tawuran yang tak kunjung surut. Ini menunjukkan bagaimana degradasi moral telah merasuk ke berbagai aspek kehidupan generasi muda.
Ferdinand et al. (2019) menekankan pentingnya etika sebagai manifestasi rasa hormat terhadap keberadaan orang lain. Namun, dalam praktiknya, banyak anak muda yang justru menunjukkan ketidakpedulian terhadap norma-norma sosial yang berlaku.
AS SIDIQ (2017) mengingatkan bahwa etika adalah cerminan kepribadian seseorang. Ketika etika mulai luntur, hal ini menandakan adanya masalah fundamental dalam pembentukan karakter generasi muda.
Persoalan ini diperparah dengan masifnya pengaruh media sosial dan teknologi digital yang tidak selalu membawa dampak positif. Banyak anak muda yang lebih memilih mengadopsi nilai-nilai dari dunia maya yang belum tentu sesuai dengan budaya dan norma lokal.
Baca pula Ketika Toxic Workplace Menjadi Realitas Kelam
Ismail & Hamid (2020) menyoroti bagaimana posisi guru sebagai pembentuk jiwa manusia kini terancam. Kasus-kasus kekerasan terhadap guru menunjukkan betapa krisis adab telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.
Sebagai penutup, krisis adab di kalangan generasi muda bukanlah takdir yang harus diterima begitu saja. Ini adalah tantangan kolektif yang harus dihadapi dengan keseriusan dan komitmen dari seluruh elemen masyarakat. Masa depan bangsa bergantung pada bagaimana kita mengatasi krisis ini hari ini.
Penulis : Imam Alfafan Yakub
Rujukan :
Arifin, pipin H., Darma, S. H., & Wulandari, D. (2023). Internalisasi Kitab Washoya Al-Abaa Lil Abnaa dalam Membentuk Akhlak Santri. 3(April), 33–48.
As Sidiq, N. A. A. (2017). Etika, Moral Dan Akhlak Terhadap Orangtua Di Zaman Sekarang. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 6(1), 51–66.
Ferdinand, G. R., Madallo, E., Palamba, R., Josua, R., Manajemen, J., Ekonomi, F., & Jaya, U. A. (2019). Etika Dalam Kehidupan Bermasyarakat.
Ferihana, F., & Rahmatullah, A. S. (2023). Pembentukan Adab Santri Berbasis Keteladanan Guru di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Yogyakarta. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 17(5), 3627
Ferihana, F., & Rahmatullah, A. S. (2023). Pembentukan Adab Santri Berbasis Keteladanan Guru di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Yogyakarta. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 17(5), 3627
Ferihana, F., & Rahmatullah, A. S. (2023). Pembentukan Adab Santri Berbasis Keteladanan Guru di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Yogyakarta. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 17(5), 3627
Hakis. (2020). Adab bicara dalam prespektif komunikasi islam. 1(1)
Hermawati, H. (2022). Etika Pergaulan Remaja Putri Terhadap Pendidikan Islam Menurut Mufasir M Quraish Shihab. Islamic Education, 3, 163–176.
Ismail, & Hamid, A. (2020). Adab Pembelajaran Al-Quran: Studi Kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Quran. Xviii.
Misniaty, W. (2020). Studi Korelasi Religiusitas Terhadap Adab Siswa di MAN 1 Kabupaten Bogor. Inspiratif Pendidikan, 9(2), 306
Misniaty, W. (2020). Studi Korelasi Religiusitas Terhadap Adab Siswa di MAN 1 Kabupaten Bogor. Inspiratif Pendidikan, 9(2), 306
Suardi, S., & Alviani, A. (2023). Revitalisasi Pengetahuan Adab, Etika, dan Mental dalam Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa pada SMAN 15 Luwu. Madaniya, 4(1), 211–215.