Saat ini, bangsa kita tengah dihadapkan pada berbagai persoalan publik yang meresap ke hampir semua sektor kehidupan. Namun, di antara sekian banyak isu yang muncul, persoalan yang melibatkan generasi penerus bangsa menjadi perhatian paling mendesak. Generasi muda adalah aset berharga yang akan menentukan arah dan masa depan bangsa. Sayangnya, fenomena yang kita saksikan belakangan ini menunjukkan kondisi yang memprihatinkan.
Di dunia pendidikan, berbagai kasus yang mencerminkan degradasi moral dan etika terus bermunculan. Siswa bersikap kurang ajar kepada guru, baik melalui ucapan kasar maupun tindakan kekerasan. Fenomena bullying dan tawuran menjadi rutinitas yang seolah dianggap wajar. Lebih ironis lagi, pelecehan seksual dan tindakan tidak senonoh di lingkungan sekolah semakin marak. Media sosial pun menjadi panggung bagi siswi yang mempertontonkan tubuh dengan bangga demi mendapatkan perhatian instan.
Tidak hanya itu, gairah belajar di kalangan siswa semakin memudar. Banyak di antara mereka yang datang ke sekolah tanpa tujuan jelas, berpakaian tidak sesuai aturan, dan bersikap acuh tak acuh terhadap proses pendidikan. Mereka lebih mengenal selebriti media sosial atau bintang film dewasa ketimbang pahlawan bangsa. Situasi ini bukan hanya potret buram pendidikan kita, tetapi juga cermin betapa lemahnya pengawasan dan pembinaan di lingkungan sekolah.
Di lingkungan sosial, kita juga dihadapkan pada kenakalan remaja yang semakin sulit dikendalikan. Seks bebas, hamil di luar nikah, perkawinan anak, dan tawuran antargeng menjadi masalah yang terus berulang. Lebih menyedihkan, tak jarang aksi tawuran berakhir dengan kematian sia-sia. Remaja yang terlibat narkoba pun semakin muda usianya, bahkan ada yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Semua ini adalah sinyal bahaya yang seharusnya mengguncang kesadaran kita.
Kepemimpinan Tangan Besi yang Bijaksana
Fenomena ini mengindikasikan satu hal: ada yang salah dengan sistem kepemimpinan dan pengawasan yang berjalan selama ini. Di sinilah perlunya kepemimpinan yang tegas dan berani—sebuah kepemimpinan yang tidak ragu untuk mengambil langkah drastis demi menyelamatkan generasi penerus. Kepemimpinan yang bersifat ‘tangan besi’ namun bijaksana menjadi opsi yang harus dipertimbangkan serius.
Kenapa harus kepemimpinan tegas? Karena masyarakat kita, pada kenyataannya, masih memiliki kecenderungan untuk tidak patuh jika diberi terlalu banyak kebebasan. Banyak dari kita yang cenderung abai terhadap aturan dan enggan diarahkan. Untuk mengatasi ini, diperlukan sosok pemimpin yang mampu memberikan arahan dengan tegas dan konsisten, tanpa kompromi terhadap pelanggaran aturan.
Baca pula Dari Banjir ke Rekonsiliasi: Merajut Kembali Persatuan Dompu Pasca Pilkada 2024
Dalam membentuk generasi muda yang disiplin dan bertanggung jawab, seringkali diperlukan unsur ‘paksaan’ dalam artian positif. Kebebasan yang tidak terkontrol hanya akan membawa kita pada kekacauan. Generasi muda perlu diajarkan untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka, dan ini memerlukan kepemimpinan yang kuat.
Model kepemimpinan tegas ini bukanlah hal baru. Era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, meskipun penuh kontroversi, berhasil menanamkan disiplin yang kuat di kalangan masyarakat. Anak-anak sekolah diwajibkan menghafal nama pahlawan dan memahami nilai-nilai Pancasila. Rasa nasionalisme tertanam dengan kuat, dan siswa memiliki semangat belajar yang tinggi.
Belakangan ini, kita mulai melihat tanda-tanda positif di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. TNI mulai diinstruksikan untuk turun tangan dalam menangani peredaran narkoba dan kenakalan remaja. Para bandar narkoba diburu tanpa ampun, dan remaja yang terlibat kenakalan diamankan dan diberikan pembinaan.
Kebijakan ini patut diapresiasi dan didukung. Sudah saatnya kita berhenti bersikap lunak terhadap persoalan yang mengancam masa depan bangsa. Generasi muda harus diajarkan disiplin, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan sesama. Pendidikan karakter harus menjadi fokus utama di setiap institusi pendidikan.
Namun, kepemimpinan tegas saja tidak cukup. Harus ada kebijaksanaan dalam penerapannya. Kepemimpinan tegas yang bijaksana akan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil memiliki tujuan yang jelas dan berdampak positif. Kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan harus dihindari. Yang dibutuhkan adalah kombinasi antara ketegasan, keadilan, dan kasih sayang.
Selain itu, keluarga juga memegang peran penting dalam membentuk karakter anak. Kepemimpinan yang tegas di lingkungan sekolah dan pemerintahan harus diimbangi dengan pola asuh yang baik di rumah. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anak mereka dan memastikan bahwa nilai-nilai moral dan etika tertanam sejak dini.
Media sosial, sebagai salah satu faktor yang memengaruhi perilaku generasi muda, juga harus mendapatkan perhatian serius. Konten-konten yang merusak moral harus dibatasi, dan literasi digital harus diajarkan di sekolah agar siswa lebih bijak dalam menggunakan teknologi.
Kita tidak bisa lagi berdiam diri melihat generasi muda terjerumus dalam lubang yang semakin dalam. Setiap elemen masyarakat—pemerintah, sekolah, keluarga, dan komunitas—harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak-anak kita.
Kepemimpinan yang tegas dan berani, jika diterapkan dengan bijaksana, akan menjadi fondasi kuat untuk membangun generasi yang unggul. Generasi yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan bangsa.
Masa depan bangsa ini ada di tangan kita semua. Tidak ada waktu lagi untuk ragu atau bersikap setengah hati. Saatnya bergerak, saatnya bertindak. Kepemimpinan tegas adalah kunci untuk menyelamatkan generasi penerus dan memastikan masa depan yang lebih cerah bagi bangsa Indonesia.
Penulis : Imam Alfafan Yakub