Pontianak, 28 September 2024 – Tiga guru besar Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma) mengisi Seminar Nasional tentang Moderasi dan Multikulturalisme yang digelar di Aula Universitas PGRI Pontianak. Acara ini dihadiri oleh Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si, Prof. Djunaidi Ghoni, MA, dan Prof. M. Mas’ud Said, Ph.D, yang hadir atas undangan kelompok mahasiswa program doktor Unisma di Pontianak, Kalimantan Barat.
Dalam seminar yang dihadiri oleh sekitar 250 peserta ini, ketiga guru besar senior tersebut memaparkan perspektif moderasi dan multikulturalisme dari berbagai sudut pandang: akademik, kenegaraan, dan internasional.
Kunjungan ini sekaligus bertemu dengan Rektor Universitas PGRI Pontianak, Ketua FKUB, Perwakilan Kapolda Kalbar, Pangdam XII Tanjung Pura dan beberapa mahasiswa S1,S2 dan Mahasiswa Program Doktor PAI Unisma yang ada di Kalbar.
Baca pula 2 Mahasiswa Doktor PAI Lulus Ujian Terbuka Hari ini
Prof. M. Mas’ud Said, Ph.D., menekankan pentingnya peran Indonesia dalam menjaga moderasi dan multikulturalisme, baik di kancah nasional maupun internasional. Menurutnya, di era globalisasi ini, moderasi menjadi nilai fundamental yang perlu dijaga untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan agama. Dalam konteks internasional, kita punya peran penting sebagai model negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi dan toleransi. Di tengah ancaman radikalisme dan ekstremisme, moderasi harus menjadi jalan tengah yang kita pilih,” ujar Prof. Mas’ud yang juga Direktur Pascasarjana Unisma.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si, yang pernah menjabat sebagai Rektor Unisma periode 2015-2024, mengajak para peserta seminar untuk memahami lebih dalam konsep multikulturalisme. Ia menyoroti genealogi ilmu dan kajian tentang multikulturalisme yang perlu dipahami secara komprehensif, termasuk dalil-dalil dan urgensi penerapannya di masyarakat.
“Multikulturalisme bukan sekadar menghargai perbedaan, tapi juga memahami latar belakang budaya dan keyakinan yang berbeda sebagai kekayaan bersama. Ini penting untuk menjaga keutuhan bangsa kita,” tutur Prof. Maskuri.
Baca pula Program Pascasarjana Ajak Pegawai Dinas Peternakan Jatim untuk Kuliah di Unisma
Prof. Dr. Djunaidi Ghoni, MA, yang juga merupakan Ketua Program Studi S3 Pascasarjana Unisma, menguraikan Piagam Madinah sebagai contoh konkrit dari penerapan moderasi dan hak asasi manusia dalam konteks sejarah Islam. Ia menjelaskan bagaimana Rasulullah SAW membangun masyarakat yang adil dan damai melalui Piagam Madinah, yang juga menjadi rujukan dalam prinsip-prinsip HAM modern.
“Piagam Madinah itu mengajarkan kita bagaimana membangun negara yang menghormati hak-hak setiap individu, menjunjung tinggi keadilan, dan menciptakan perdamaian. Ini adalah contoh nyata dari moderasi yang harus kita terapkan dalam kehidupan berbangsa,” papar Prof. Djunaidi.
Seminar Nasional ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya moderasi dan multikulturalisme dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kegiatan ini juga menjadi ajang bagi para peserta untuk berdiskusi dan berbagi pandangan mengenai strategi penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.