Pascasarjana Unisma menjadi tuan rumah dalam Workshop yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur. Workshop yang dihadiri PTNU di Jawa Timut, Jogjakarta dan Kalaimantan Utara tersebut berlangsung Kamis, 2 Mei 2024 di Pusat Studi Jawa Timur Gedung Pascasarjana UNISMA.
“Sejak lama NU berharap agar semua perguruan tinggi di lingkungan NU mendapatkan akreditasi unggul” Demikian diungkapkan Ketua PW ISNU Jawa Timur, sekaligus Dirrektur Pascasarjana Prof, M. Mas’ud Said saat sambutannya
Dalam peta jalan abad kedua NU, pendidikan perguruan tinggi menjadi salah satu prioritas yang harus dikuatkan selain bidang Kesehatan, pengkaderan dan tata organisasi.
Oleh karena itu, akreditasi unggul menjadi kebutuhan bagi semua perguruan tinggi NU saat ini. ISNU Jatim akan melakukan pendampingan kepada perguruan tinggi NU agar bisa mendapatkan status akreditasi unggul.
”Setelah ini, kita geser ke perguruan tinggi yang lain yang mau ditempati, narasumbernya ISNU yang mengurusi. Dua tahun. Harus unggul!” ujar Guru Besar Ilmu Pemerintahan ylulusan Flinders University ini.
Baca pula M. Mas’ud Said, Direktur Pascasarjana Unisma Menjadi Penasehat Akademik Internasional
Dalam Workshop yang manghadirkan tiga orang pembicara. Pesertanya memenuhi ruangan Pusat Studi Jatim Pascasarjana Unisma yang mestinya diisi 70 orang membludak menjadi 105 peserta.
Membludaknya peserta workshop menjadi indikator bahwa akreditasi unggul harus segera dicapai oleh semua perguruan tinggi di bawah naungan NU.
Ketua PWNU Jawa Timur, KH. Abdul Hakim Mahfudz menegaskan sejak didirikan oleh Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari, NU selalu melakukan transformasi dalam rangka mengantisipasi perkembangan zaman. Menurut Gus Kikin (sapaan akrab KH. Abdul Hakim Mahfudz), meski NU didirikan oleh para ulama dan menjadi tempat beraktifitas para ulama alim, namun tidak pernah berhenti melakukan transformasi.
“Hal ini dilakukan dalam rangka menjawab tantangan dan perubahan zaman. Ilmu-ilmu agama ditekuni secara fokus dan bersanad, sedangkan ilmu umum juga dipelajari di pesantren-pesantren agar NU selalu mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan prinsip “almuhafadzatu ‘alal qadimis sholih wal ahdu biijadidil ashlah” yang artinya, segala sesuatu yang baik akan tetap dipertahankan dengan mengadaptasi hal-hal baru yang lebih baik.
Gus Kikin berharap perguruan tinggi juga melakukan transformas-transformasi dalam rangka menghadapi perkembangan zaman, termasuk menjadi perguruan tinggi yang unggul.
“Hadratussyaikh (KH. Hasyim Asy’ari) sangat fokus menekuni keilmuan agama, tapi bukan berarti meninggalkan urusan berbangsa dan bernegara. Mudah-mudahan para peserta mendapatkan banyak pencerahan supaya semakin kaya khazanah keilmuan untuk bertransformasi sesuai perkembangan zaman,” ungkap pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang ini.
Workshop yang digelar PW ISNU Jawa Timur ini menghadirkan 3 narasumber. Dua narasumber pertama, Prof. Dr. Maskuri, M.Si., Rektor UNISMA dan Prof. Jazidie, M.Eng., Ph.D. berbicara tentang Success Story dan Best Practice kampus masing-masing mendapatkan akreditasi unggul. Sedangkan Prof. Slamet Wahyu, M.T., Guru Besar Universitas Brawijaya memberikan pedoman agar perguruan tinggi NU bisa mendapatkan akreditasi unggul.