Merdeka Belajar Sudah Lama Ada

Foto bersma pemateri Prof Joko Saryono yang menjelaskan konsep ,merdeka belajar

Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd menyampaikan bahwa “merdeka belajar” itu sudah lama ada. Jabaran tentang konsep ini disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Malang. Guru Besar Universitas Negeri Malang tersebut memaparkan pentingnya konsep merdeka belajar menurut pakar-pakar teori pendidikan.

Seminar Nasional dengan tema “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bebasis Fleksibilitas Merdeka Belajar pada Era Digital”. Pemateri lainnya pada seminar ini yakni yakni Dr. Nur Fajar Arief, M.Pd yang dimoderatori langsung oleh Dr. Akhmad Tabrani, M.Pd. Sedangkan Prof Djoko dimoderatori oleh Dr. Ari Ambarwati, SS, M.Pd.

ketua Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia  saat memberi sambutan Seminar

Dr. Akhmad Tabrani, M.Pd saat menyampaikan sambutan 

Kegiatan ini didukung penuh oleh pimpinan UNISMA, Rektor Unisma Prof. Dr. Maskuri, M.Si menyatakan bahwa sebelum adanya kebijakan merdeka belajar dicetuskan, Rektor PTN dan PTS ikut dimintai pertimbangan.

Rektor saat seminar Merdeka Belajar

Rektor UNISMA saat menyampaikan sanmbutan sekaligus membuka acara

Prof. Djoko menyatakan bahwa ide tentang merdeka belajar sudah banyak, misalnya tahun John Dewey pada tahun 1939  dan teru ada hingga Paulo Freire dengan Bukunya “A Pedagogy of Liberation”. Secara kritis, Paulo Freire juga mempertanyakan konsep medeka. Freire mengajukan 2 pertanyaan dasar, pertama, mengapa kita perlu kemerdekaan belajar? Kedua, Apakah kita masih mengalami keterjajahan belajar?

Bagaimana Konsepsi kemerdekaan dalam belajar? Merdeka belajar adalah kondisi seimbang antara “merdeka dari” dan “merdeka untuk”. Menurut Prof. Djoko, untuk mencapai merdeka belajar perlu prakondisi yang mendukung proses belajar yang dimaksud. Jika prakondisi telah terciptak, maka komponen yang didiri dari terdiri dari Kebebasan Belajar, Kemandirian/Otonomi Belajar, Keberanian Belajar dan kegairahan, serta kegemaran belaja akan terbentuk. Sehingga Merdeka belajar bisa hidup dalam ekosistem yang terbuka, inklusif, multi-arah dan terintegrasi.

Baca pula Dies Natalis Unisma; Khatmil Qur’an Via Daring

Pemateri kedua, Dr. Nur Fajar Arief menyampaikan tantangan pembelajaran di era 4.0. “di era ini pembelajaran perlu merujuk tentang pembelajaran Abad 21, di antaranya: critical thinking, creative, collaboration dan comunication”.  Beberapa aturan pemendikbud juga disempurnakan dengan mempertimbangkan konsep 4C ini memperinci butir aturan di dalamnya.

Dalam pembelajaran beliau menyampaikan  perubahan pada pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran saintifik.  misalnya perincian tahap mengamati pada pembelajaran 5 M. Dalam mengamati dapat di rinci menjadi melihat, menyimak, mengamati dengan seksama. Dengan leveling ini, diharapkan mampu memberi asesmen yang lebih terukur untuk memberi penilaian. (AL/PPS)